Posted by : Unknown
Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat tergantung dari cara melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam Islam, iman banyak dikaitkan dengan amal. Dengan kata lain, kerja yang merupakan bagian dari amal tak lepas dari kaitan iman seseorang.
Idealnya, semakin tinggi iman itu maka semangat kerjanya juga tidak rendah. Ungkapan iman sendiri berkaitan tidak hanya dengan hal-hal spiritual tetapi juga program aksi.
Iman diimplemtasikan tidak hanya dalam tataran ritual, akan tetapi Iman harus mampu melandasi setiap gerak dan langkah dalam segala aspek seperti dalam bekerja, berbisnis, belajar maupun dalam kepemimpinan.
Jika seseorang melakukan pekerjaan dalam kehidupannya dengan dasar iman maka hidupnya akan berkah, dan akan menemukan arti kesejahteraan yang hakiki, yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang tidak beriman.
Pekerjaan yang dilakukan oleh seorang beriman dengan berniat ibadah akan melahirkan hasil yang tidak mengecewakan, karena sikap bekerja dengan man adalah sebagai uswah hasannah, yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw ketika beliau bekerja dan bermitra (mudharabah) dengan siti khadijah seorang entrepreneur yang kaya raya.
Karena iman dan akhlanya beliau yang menjadi andalan seorang pengusaha terkaya itu menjadi contoh bagi ummat
manusia, bukan hanya ummat Islam akan tetapi kaum non muslim sekalipun mencontoh (manfaat).
Mengapa ummat islam sendiri masih ragu dengan untuk mencontohnya? Baik dalam kepiawaian sebagai manager maupun sebagai entrepreneur profesional, Sebenarnya umat Islam termasuk beruntung karena semua pedoman dan panduan sudah terkodifikasi. Sebut saja keberadaan lembaga keuangan syariah ummat Islam sendiri masih memilih lembaga yang tidak jelas pondasinya, sedangkan banyak kaum non muslim menjadi mitra (nasabah LKS).
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kamu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan menemui Allah dan Hari Akhir dan mengingat Allah sebanyak-banyak” (QS Al Ahzab 33 : 21).
Melihat dari ayat tersebut diatas, banyak para mufasirin membagi dua dimensi yaitu Rasul yang memberikan uswah hasanah dan ummat yang mencontoh rasul, tetapi yang menjadi permasalahan, apakah yang dicontoh hanya dalam dmensi ritual semata? O tidak... yang harus kita contoh dari Rasul adalah berbagai aspek kehidupan seperti berpendidikan, berbudaya, berbisnis, maupun bekerja sebagai karyawan maupun manajer yang profesional.
Makna yang kita tauladani dari rasul sangat luas dan luar biasa, dalam bekerja misalnya beliau memberikan karya-karya brilyan, yang mengagumkan majikannya dan membuat puas yang menikmati jasa-jasanya...singkatnya beliau dalam bekerja menjadi manajer teladan.
Al-Qur‟an menanamkan kesadaran bahwa dengan bekerja berarti kita merealisasikan fungsi kehambaan kita kepada Allah, dan menempuh jalan menuju ridha-Nya, mengangkat harga diri, meningkatkan taraf hidup, dan memberi manfaat kepada sesama, bahkan kepada makhluk lain.